Senin, 07 Juli 2014

Kebocoran Nuklir Fukushima

Radiasi nuklir merupakan isu yang beredar pesat diberbagai pemberitaan media. Isu tersebut berasal dari Negara Jepang pasca terjadinya gempa dan tsunami. Akibat terjadinya gempa dan tsunami inilah yang menyebabkan kebocoran reaktor nuklir di Fukushima, Jepang. Radius daerah yang terkena kontaminasi secara langsung diperkirakan hanya mencapai 20 km. Indonesia dipastikan aman dari kontak langsung dari radiasi nuklir tersebut. Namun, jika terjadi akan berdampak besar bagi seluruh negara di dunia ini, walaupun tidak terkontak langsung. Hal ini disebabkan, penularan akibat dari penyakit yang ditimbulkan oleh radiasi nuklir sangat berbahaya. Penularan tersebut dapat melalui udara, air, tanah, makanan, minuman, terlebih lagi dari korban penderita penyakit radiasi nuklir. Para pecinta masakan segar ala fastfood dari Jepang patut waspada karena radiasi ini juga bisa menular melalui makanan. Pemerintah akan melakukan tes makanan segar seperti daging dan sayuran serta produk segar laut. Sementara itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan mengawasi makanan olahan. Hal ini dilakukan untuk memastikan produk makanan impor Jepang bebas dari radiasi nuklir yang bisa berdampak pada kesehatan apalagi tingkat radiasi yang terbaca mencapai 8.217 microsievert (1 microsievert = 1/1000  rem).
Antisipasi akibat penularan yang ditimbulkan ini bukan hanya dilakukan oleh Pemerintah Indonesia tapi semua negara di Dunia sibuk akan melakukannya. Hal ini sangat mengkhawatirkan, karena dampak yang ditimbulkan oleh penularan ini adalah berupa penyakit yang tanda-tandanya sangat susah dilihat secara langsung sehingga berefek panjang dan berujug kematikan. Kebocoran reaktor nuklir terburuk dalam catatan sejarah pernah terjadi di Chernobyl, Ukraina pada April 1986. Selain memicu evakuasi ribuan warga di sekitar lokasi kejadian, dampak kesehatan masih dirasakan para korban hingga bertahun-tahun kemudian, misalnya kanker, gangguan kardiovaskular, dan bahkan kematian. Sejarah sudah membuktikan banyaknya korban penderita bahkan kematian yang ditimbulkan oleh kebocoran reaktor nuklir saat itu.
Kebocoran Nuklir
Kebocoran nuklir merupakan sebutan bagi kecelakaan reaktor nuklir. Ini dapat terjadi ketika sistem pembangkit tenaga nuklir atau kegagalan komponen menyebabkan inti reaktor tidak dapat dikontrol dan didinginkan sehingga bahan bakar nuklir yang dilindungi yang berisi uranium atau plutonium dan produk fisi radioaktif mulai memanas dan bocor. Sebuah kebocoran dianggap sangat serius karena kemungkinan bahwa kontainmen reaktor mulai gagal, melepaskan elemen radioaktif dan beracun ke atmosfir dan lingkungan. Dari sudut pandang pembangunan, sebuah kebocoran dapat menyebabkan kerusakan parah terhadap reaktor, dan kemungkinan kehancuran total. Beberapa kebocoran nuklir telah terjadi, dari kerusakan inti hingga kehancuran total terhadap inti reaktor. Dalam beberapa kasus hal ini membutuhkan perbaikan besar atau penutupan reaktor nuklir. Dalam kasus yang paling ekstrem, seperti bencana Chernobyl, kematian terjadi dan evakuasi warga sipil dalam wilayah yang sangat luas dilakukan. Sebuah ledakan nuklir bukanlah hasil dari kebocoran nuklir. Karena, menurut desain, geometri dan komposisi inti reaktor tidak membolehkan kondisi khusus memungkinkan untuk ledakan nuklir. Tetapi, kondisi yang menyebabkan kebocoran dapat menyebabkan ledakan non nuklir.      Contohnya, beberapa kecelakaan tenaga listrik dapat menyebabkan pendinginan bertekanan tinggi, menyebabkan ledakan uap.
Dampak Radiasi Nuklir Bagi Kesehatan
Dampak kesehatan yang dapat terjadi akibat nuklir berbeda-beda, tergantung jumlah dosis pemaparan radiasi, jangka waktu pemaparan, dan banyaknya bagian tubuh yang terkena radiasi. Bahaya yang ditimbulkan antara lain dapat mengakibatkan gangguan keturunan akibat rusaknya DNA, kanker, hingga mengakibatkan kematian. Menurut anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Prof Dr Tumiran, yang ditemui wartawan di kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), pada hari Rabu (16/3/2011), panas tinggi mengakibatkan ledakan hidrogen sehingga terjadi bocoran radiasi partikel mencapai 400 ml sieverts per jam. Dalam kondisi normal seharusnya angka radiasi yang muncul adalah 3,6 milli sieverts per tahun. Angka itu merupakan jumlah yang sangat besar dan langka terjadi.  Karena dalam angka 100 milli sieverts saja, hal tersebut sudah sangat mengganggu kesehatan dan berbahaya bagi manusia. Apalagi jika sampai 400 per jam, tentu saja hal tersebut akan menjadi bencana yang mengerikan bagi negara jepang dan kawasan sekitarnya.
Perlu diketahui bahwa secara alami tubuh manusia memiliki mekanisme untuk    melindungi diri dari kerusakan sel akibat radiasi maupun pejanan zat kimia berbahaya lainnya. Namun, radiasi pada tingkatan tertentu tidak bisa ditoleransi oleh tubuh dengan mekanisme tersebut.
Bencana di Jepang memicu kekhawatiran akan adanya kebocoran reaktor nuklir seperti yang terjadi di Chernobyl tahun 1986. Dampak radiasi bermacam-macam, ada yang bisa dirasakan seketika dan ada yang baru muncul dalam jangka panjang. Kebocoran reaktor nuklir terburuk dalam sejarah terjadi di Chernobyl, Ukraina pada 26 April 1986. Selain memicu evakuasi ribuan warga di sekitar lokasi kejadian, dampak kesehatan masih dirasakan para korban hingga bertahun-tahun kemudian misalnya kanker, gangguan kardiovaskular dan bahkan kematian.
Secara alami, tubuh manusia memiliki mekanisme untuk melindungi diri dari kerusakan sel akibat radiasi maupun pejanan zat kimia berbahaya lainnya. Namun seperti dikutip dari Foxnews, Minggu (13/3/2011), radiasi pada tingkatan tertentu tidak bisa ditoleransi oleh tubuh dengan mekanisme tersebut.
Editor kesehatan dari Foxnews Health, Dr Manny Alvarez mengatakan ada 3 faktor yang mempengaruhi dampak radiasi nuklir. Ketiganya meliputi total radiasi yang dipejankan, seberapa dekat dengan sumber radiasi dan yang terakhir adalah seberapa lama          korban terkena oleh     radiasi. Ketiga faktor tersebut akan menentukan dampak apa yang akan dirasakan para korban. Radiasi yang tinggi bisa langsung memicu dampak sesaat yang langsung bisa diketahui, sementara radiasi yang tidak disadari bisa memicu dampak jangka panjang yang biasanya malah lebih berbahaya.
Dampak sesaat atau jangka pendek akibat radiasi tinggi di sekitar reaktor nuklir antara lain            sebagai berikut.
1. Mual muntah
2. Diare
3. Sakit kepala
4. Demam
Sementara itu, dampak yang baru muncul setelah terpapar radiasi nuklir selama beberapa hari di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Pusing, mata berkunang-kunang
2. Disorientasi atau bingung menentukan arah
3. Lemah, letih dan tampak lesu
4. Kerontokan rambut dan kebotakan
5. Muntah darah atau berak darah
6. Tekanan darah rendah
7. Luka susah sembuh.
Dampak kronis alias jangka panjang dari radiasi nuklir umumnya justru dipicu oleh tingkat radiasi yang rendah sehingga tidak disadari dan tidak diantisipasi hingga bertahun-tahun. Beberapa dampak mematikan akibat paparan radiasi nuklir jangka panjang antara lain sebagai berikut.
1. Kanker
2. Penuaan dini
3. Gangguan sistem saraf dan reproduksi
4. Mutasi genetik.
Bahkan dampak terbesar ketika terkena radiasi nuklir yang biasa disebut Acute Radiation Syndrome (ARS) yang tingkatan tinggi maka efeknya makin cepat muncul atau dirasakan oleh korban dan makin besar pula peluang untuk menyebabkan kematian. Sindrom semacam ini pernah dialami oleh korban pemboman Kora Hirosima dan Nagasaki pada tahun 1986. Tingkat radiasi yang dilepaskan dalam peristiwa tersebut sangat tinggi sehingga memicu gejala yang sifatnya sangat akut. Kasus yang sama terjadi pada tahun 1986 di Chernobyl, sekitar 134 pekerja dan petugas pemadam kebakaran terpapar radiasi sebesar 80-1600 rem. Dari jumlah tersebut, 2 orang tewas pada hari itu juga, sedangkan 23 orang menyusul dalam 3 bulan berikutnya. Semua itu karena berkontak langsung dengan radiasi nuklir.

Kebocoran nuklir merupakan sebutan bagi kecelakaan reaktor nuklir. Ini dapat terjadi ketika sistem pembangkit tenaga nuklir atau kegagalan komponen menyebabkan inti reaktor tidak dapat dikontrol dan didinginkan sehingga bahan bakar nuklir yang dilindungi – yang berisi uranium atau plutonium dan produk fisi radioaktif – mulai memanas dan bocor. Sebuah kebocoran dianggap sangat serius karena kemungkinan bahwa kontainmen reaktor mulai gagal, melepaskan elemen radioaktif dan beracun ke atmosfer dan lingkungan. Dari sudut pandang pembangunan, sebuah kebocoran dapat menyebabkan kerusakan parah terhadap reaktor, dan kemungkinan kehancuran total.Beberapa kebocoran nuklir telah terjadi, dari kerusakan inti hingga kehancuran total terhadap inti reaktor. Dalam beberapa kasus hal ini membutuhkan perbaikan besar atau penutupan reaktor nuklir. Dalam kasus yang paling ekstrem, seperti bencana Chernobyl, kematian terjadi dan evakuasi warga sipil dalam wilayah yang sangat luas dilakukan.Sebuah ledaka nuklir bukanlah hasil dari kebocoran nuklir karena, menurut desain, geometri dan komposisi inti reaktor tidak membolehkan kondisi khusus memungkinkan untuk ledakan nuklir. Tetapi, kondisi yang menyebabkan kebocoran dapat menyebabkan ledakan non-nuklir. Contohnya, beberapa kecelakaan tenaga listrik dapat menyebabkan pendinginan bertekanan tinggi, menyebabkan ledakan uap
            Dampak radiasi bermacam-macam, ada yang bisa dirasakan seketika dan ada yang baru muncul dalam jangka panjang. Selain memicu evakuasi ribuan warga di sekitar lokasi kejadian, dampak kesehatan masih dirasakan para korban hingga bertahun-tahun kemudian misalnya kanker, gangguan kardiovaskular dan bahkan kematian. Ketiga faktor tersebut akan menentukan dampak apa yang akan dirasakan para korban. Radiasi yang tinggi bisa langsung memicu dampak sesaat yang langsung bisa diketahui, sementara radiasi yang tidak disadari bisa memicu dampak jangka panjang yang biasanya malah lebih berbahaya.
Dampak sesaat atau jangka pendek akibat radiasi tinggi di sekitar reaktor nuklir antara lain sebagai berikut:
     1. Mual muntah
      2. Diare
      3. Sakit kepala
      4. Demam
Sementara itu, dampak yang baru muncul setelah terpapar radiasi nuklir selama beberapa hari di antaranya adalah sebagai berikut.
       1. Pusing, mata berkunang-kunang
       2.  Disorientasi atau bingung menentukan arah
        3. Lemah, letih dan tampak lesu
        4.  Kerontokan rambut dan kebotakan
        5. Muntah darah atau berak darah
        6. Tekanan darah rendah
        7. Luka susah sembuh.
Dampak kronis alias jangka panjang dari radiasi nuklir umumnya justru dipicu oleh tingkat radiasi yang rendah sehingga tidak disadari dan tidak diantisipasi hingga bertahun-tahun. Beberapa dampak mematikan akibat paparan radiasi nuklir jangka panjang antara lain sebagai berikut.
        1. Kanker
        2. Penuaan dini
        3. Gangguan sistem saraf dan reproduksi
        4. Mutasi genetik.
Bila sebuah reaktor nuklir sudah dinyatakan terjadi kebocoran harus dilakukan penanganan sesuai dengan skala kecelakaan yang terjadi sesuai standar Internasional.
Semua masyarakat dalam jangkauan tertentu harus segera dievakuasi dari resiko terkena paparan tersebut. Bagi semua orang yang telah berada dalam erea daerah paparan harus segera dilakukan skrening tes adanya kontaminasi radiasi dalam tubuhnya. Bila terdapat masyarakat yang terkontaminasi harus segera diisolasi dan dilakkan          perawatan        dan      pemantauan     kesehatannya.
Semua masyarakat dalam paparan bencana kebocoran reaktor nuklir sementara belum diungsikan harus tinggal di dalam rumah dan tidak boleh menyalakan AC untuk mencegah kontaminasi dengan udara luar. Masyarakat juga dilarang mengkonsumsi air kran, sayuran, buah-buan atau bahan makanan yang telah terkontaminasi dengan udara luar.

Dikarenakan kebocoran reaktor nuklir memberikan dampak yang cukup serius bagi kesehatan manusia dan lingkungan, maka prosedur pencegahan sangat diperlukan untuk meminimalisir terjadinya hal yang tidak diinginkan. Diperlukan juga prosedur penanganan yang tepat apabila peristiwa kebocoran telah terjadi.

Sumber
 http://id.shvoong.com/society-and-news/environment/2132845-ancaman-radiasi-nuklir-pasca-gempa/#ixzz2HT0OcooX
Adiwardojo, dkk. 2009. Mengenal Reaktor Nuklir dan Manfaatnya. Jakarta : Badan Tenaga Nuklir Nasional Pusat Diseminasi Iptek Nuklir
Ikawati, Yuni, dkk. 2008. 50 Tahun BATAN Berkarya. Jakarta : Badan Tenaga Nuklir Nasional
Sagala, F.P., dkk. 2003. Model Atom, Uranium dan Prospeknya sebagai Energi Masa Depan. Jakarta : Badan Tenaga Nuklir Nasional Pusat Diseminasi Iptek

Nuklirhttp://www.suaramedia.com/berita-dunia/asia/40822-drama-tragedi-nuklir-jepang-hancurkan-citra-as.html 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar